Seruan Boikot Starbucks Menggema: Walikota Terpilih NYC Dukung “Pemberontakan Cangkir Merah”
Intisari Berita (SEO Friendly Snippet)
Walikota Terpilih New York City (NYC) Zohran Mamdani secara terbuka menyerukan boikot Starbucks sebagai bentuk solidaritas terhadap Red Cup Rebellion, aksi mogok kerja barista besar-besaran di seluruh Amerika Serikat. Mogok yang bertepatan dengan Red Cup Day ini dipicu oleh tuduhan Praktik Buruh Tidak Adil (ULP) dan penolakan perusahaan untuk bernegosiasi kontrak kerja yang adil dengan Serikat Pekerja Starbucks (Starbucks Workers United). Cari tahu dampak seruan boikot ini dan tuntutan para pekerja.
Zohran Mamdani, Demokrat Sosialis, Pimpin Seruan Boikot Starbucks
Zohran Mamdani, Wali Kota Terpilih New York City yang dikenal sebagai politisi Demokrat Sosialis, mengambil sikap tegas dengan meminta masyarakat memboikot kedai kopi raksasa Amerika Serikat, Starbucks. Seruan ini dilontarkan pada Jumat waktu setempat, bertepatan dengan aksi mogok kerja yang sedang berlangsung di berbagai kota.
Mamdani menyatakan dukungannya terhadap gerakan Serikat Pekerja Starbucks (Starbucks Workers United) yang melancarkan mogok kerja Praktik Buruh Tidak Adil (Unfair Labor Practices/ULP Strike). Melalui unggahannya di media sosial, ia mendesak warga New York dan pendukung di seluruh AS untuk menghindari Starbucks hingga negosiasi kontrak mencapai kesepakatan.
“Selama para pekerja mogok, saya tidak akan membeli Starbucks, dan saya meminta Anda untuk bergabung dengan kami. Bersama-sama, kita bisa mengirimkan pesan yang kuat: Tidak ada kontrak, tidak ada kopi,” tulis Mamdani, menekankan bahwa boikot adalah alat yang kuat untuk menekan manajemen perusahaan.
“Red Cup Rebellion”: Aksi Mogok Barista Terbesar di Hari Tersibuk Starbucks
Aksi mogok kerja yang didukung Mamdani ini secara simbolis dijuluki oleh serikat pekerja sebagai “Pemberontakan Cangkir Merah” (Red Cup Rebellion). Pemilihan waktu mogok ini bukanlah kebetulan. Aksi ini sengaja dilancarkan berbarengan dengan “Red Cup Day”, salah satu hari penjualan tahunan Starbucks yang paling ramai dan menguntungkan.
Strategi ini bertujuan untuk memaksimalkan dampak finansial dan publisitas terhadap perusahaan, sebagai respons atas apa yang dituduhkan serikat pekerja sebagai penolakan perusahaan untuk bernegosiasi dengan itikad baik.
Mogok yang dimulai pada Kamis lalu ini dilaporkan melibatkan lebih dari seribu barista di puluhan kota di AS. Hal inimenyebabkan serikat memperingatkan bahwa ini bisa menjadi ULP strike terlama dan terbesar dalam sejarah Starbucks jika tuntutan tidak dipenuhi.
Tuntutan Utama Pekerja: Kontrak yang Adil dan Diakhirinya ULP
Inti dari “Red Cup Rebellion” adalah tuntutan para pekerja untuk mendapatkan kontrak kerja yang adil. Pekerja dan perbaikan kondisi kerja yang lebih baik.
Serikat Pekerja Starbucks menuduh pihak manajemen melakukan Praktik Buruh Tidak Adil (ULP), yang mencakup tuduhan menolak bernegosiasi secara serius. Para barista menuntut kesepakatan kontrak yang sah dan perbaikan yang signifikan dalam lingkungan kerja mereka. Hingga saat ini, tuntutan ini belum dipenuhi, yang memicu aksi mogok berskala nasional.
Seruan boikot dari tokoh publik seperti Zohran Mamdani diharapkan dapat meningkatkan tekanan. Hal ini membuat konsumen pada Starbucks agar segera duduk di meja perundingan. Serta mencapai kesepakatan kontrak yang memuaskan tuntutan para pekerja.
